Tak terasa Indonesia telah melewati kemerdekaannya yang ke 67, kita patut bersyukur akn hal itu. Setelah berbagi macam perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan dimasa lalu kini kita telah merasakan pengorbanan mereka kini berbuah manis.
67 tahun adalah usia yang cukup panjang, setelah berbagi pencapaiaan yang telah bangsa ini dapatkan tetapi tidak terlepas dari beberapa kekurangan yang harus dibenahi kedepan. Umat islam patut lah bangga dan bersyukur akan hal tersebut, tetapi selain dari hal itu umat islampun jangan terbuay dengan kenikmatan tersebut, karena bagi umat islam kenikmatan tersebut haruslah menjadi jalan mendekatkan diri kita kepada Allah Swt.
Mari kita simak firman Allah berikut ini:
“Apabila Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.” (An-Nashr ; 1-3)
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil sedikit pelajaran yaitu, ketika Rasulullah Saw, telah berhasil mengembangkan agama Allah di muka bumi ini beliau mendapatkan firman dari Allah Swt, untuk senantiasa bertasbih dan memuji Allah akan kemenangan tersebut, begitu pula imat islam dewasa ini, kita harus senantiasa menjadikan kenikmatan kemerdekaan ini dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, sesuai dengan firman Allah tadi.
Sudah sepantasnya mensyukuri kemerdekaan hendaknya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berintropeksi terhadap segala kesalahan dan dosa lalu bertaubat serta jangan mengulangi kesalahan terlebih menambah kekacauan.
Jika mensyukuri kemerdekaan dengan hura-hura dengan mabuk-mabukan dan dengan kemaksiatan serta dosa, bias jadi seperti yang pernah dialami oleh kaum mudhor yang digambarkan Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl [16]:112;
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaiankelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.”
Inginkah kita dibinasakan oleh Allah dalam keadaan khianat kepada Allah? Tentunya tidak, maka ingatlah selalu akan tugas kita di dunia ini.
Hal-hal seperti hura-hura, sebaiknya kita kesampingkan dahulu, karena itu kurang bermanfaat bagi manusia, Rasulullah Saw, bersabda:
Dari Abu Hurairoh r.a., dia berkata:
“Rasulullah saw pernah bersabda: “Sebagian tanda dri baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (H.R. Tirmidzi)
Sekarang tugas kita untuk lebih zuhud kepada perhiasan dunia ini, karena hidup hanyalah sementara. Bulan yang berbahagia ini juga bertepatan dengan bulan yang penuh dengan Rahmat dan maghfirah dari Allah Swt, yaitu bulan Ramadan, beberapa hari kedepan kita akan melaksanakan sebuah peribadatan yang dilakukan oleh umat muslim sedunia satu tahun sekali. Inilah waktu bagi kita dimana kita akan mengokohkan ketakwaan kita kepada Allah seperti dalam firmannya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqoroh ; 183)
Tetapi sebelum kita mencapai ketaqwaan itu terlebih dahulu kita harus mempersiapkan keimanan kita terhadap Allah dan Rasul-Nya. Iman adalah modal awal kita dalam mencapai ketaqwaan, tanpa kuatnya keimanan, maka aqidah kita akan rapuh.
Genggam teguh makna dari Syahadat itu, bukan hanya sekedar melafalkan syahadat tetapi kita harus memahami sepenuhnya makna dan maksud dari syahadat itu. Orang mungkin tahu dan hafal bagaimana lafadz syahadat, tetapi belum tentu dapat memaknainya.
Setelah keimanan kita tancapkan penuh dalam jiwa kita,maka kita siap menghadapi Bulan Ramadan untuk mencapai ketaqwaan sejati. Di bulan ini ada 3 hal penting yang akan dibangun.
- Aqidah
Aqidah adalah pondsi awal dalam agama Islam, karena dengan aqidah kita yang kokoh maka jiwa Islam dalam diri kita akan selalu ada. - Ibadah
Di bulan Ramadan ini rata-rata setiap orang intensitas ibadahnya semakin meningkat, karena terpacu dengan banyaknya pahala yang Allah akan berikan di bulan tersebut. - Mu’amalah
Mu’amalah adalah hubungan kita dengan sesama manusia, di bulan Ramadan mu’amalah kita pun akan meningkat.
Tetapi yang terpenting dari kesemua hal tersebut, adalah bagaimana atsar (setelahnya) dari bulan Ramadan, apakah 3 hal tersebut meningkat, ataukah tidak, atau bahkan menurun? Itu semua tergantung kepada diri masing-masing. Karena semua perjuangan kita di bulan Ramadan merupakan proses menuju lebih baik.
Jadi apabila sesudah Ramadan ketiga hal tersebut dapat meningkat, maka kita telah berhasil untuk lebh meningkatkan derajat keimanan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar