Minggu, 12 Agustus 2012

MENSYUKURI KEMERDEKAAN DENGAN LEBIH DEKAT KEPADA ALLAH SWT.

Rabu, 20 Juni 2012

Tingkatan Neraka dan Golongan yang Menempatinya

1.Neraka Jahannam disediakan bagi orang yang sangat kafir. (Fatir, 35 : 36)

(36) Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas Setiap orang yang sangat kafir.

2. Neraka Jahyim disediakan untuk orang yang, (1) tidak beriman; dan (2) tidak mendorong orang lain untuk memberimakan orang miskin. (Al-Haqqah, 69 : 30-34)

(30) (Allah berfirman): "Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. (31) Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (32) Kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. (33) Sesungguhnya Dia dahulu tidak beriman kepada Allah yang Maha besar. (34) Dan juga Dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi Makan orang miskin.

3. Neraka Saqar disediakan bagi golongan; (1) berpaling dari kebenaran; (2) menyombongkan diri; (3) tidak sholat; (4) tidak memberimakan orang miskin; (5) berbincang untuk tujuan bathil; dan (6) mendustakan hari pembalasan, samapi ajal menjemput mereka. (Al-Muddassir, 74 : 23-28 dan 41-47)

(23) Kemudian Dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (24) Lalu Dia berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (25) Ini tidak lain hanyalah Perkataan manusia". (26) Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. (27) Tahukah kamu Apakah (neraka) Saqar itu? (28) Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(41) Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, (42) "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" (43) Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, (44) Dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin, (45) Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, (46) Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan, (47) Hingga datang kepada Kami kematian".

4. Neraka Sai’r disediakan bagi golongan yang mendustakan peringatan dari utusan Alloh Swt. (Al-Mulk, 67 : 9-10)

(9) Mereka menjawab: "Benar ada", Sesungguhnya telah datang kepada Kami seorang pemberi peringatan, Maka Kami mendustakan(nya) dan Kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". (10) Dan mereka berkata: "Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

5. Neraka Lazha disediakan bagi golongan; (1) berpaling dari agama; dan (2) menumpuk harta kekayaan tanpa berzakat. (Al-Ma’arij, 70 : 15-18)

(15) Sekali-kali tidak dapat, Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, (16) Yang mengelupas kulit kepala, (17) Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), (18) Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.

6. Neraka Huthamah disediakan bagi golongan; (1) pengumpat; (2) pencela; dan (3) kikir serta tidak mau berinfaq. (Al-Humazah, 104 : 1-9)

(1) Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, (2) Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, (3) Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, (4) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. (5) Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (6) (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, (7) Yang (membakar) sampai ke hati. (8) Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (9) (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

7. Neraka Hawiyah disediakan bagi golongan yang timbangan kebaikannya lebih ringan daripada timbangan kejelekannya. (Al-Humazah, 101 : 8-11)

(8) Dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, (9) Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (10) Tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu? (11) (yaitu) api yang sangat panas.

Kamis, 22 April 2010

Puisi

Rasa hati
Karya: Muhammad Saepul A.
Rasa hati kembali bersemi
Diantara relung-relung hati yang beku
Menanti hangatnya cinta itu
Yang memang selamanya selalu kunanti

Waktu biarlah berlalu
Yang ku tunggu hanyalah rasa itu
Yang ku rindu adalah dekapanmu
Yang kunanti adalah hatimu

Seakan pikirku tersihir oleh mantra asmara
Selalu tertuju padanya
Selalu menginginkannya
Selalu menjadi fatamorgana
Dalam hati yang selalu mendambanya……

Waktu… waktu… waktu…
Biarlah waktu itu berlalu
Yang ku ingin hanyalah bersamanya……
Selamanya......

Rabu, 24 Februari 2010

Report from Disscusion English for Specific Purpose

Section I What is ESP?
1. The origins of ESP
a. The demands of a Brave New World
The Second World War in 1945 heralded an age of enormous and unprecedented expansion in scientific, technical and economic activity on international scale. For various reasons, most notably the economic power of the United State in the post-war world, this role fell to English. Firstly everyone learn English just for commerce begin from Oil Crises of the early 1970s.
b. A revolution in linguistic
The view gained ground that the English needed by a particular group of learners could be identified by analyzing the linguistic characteristics of their specialist area of work or study. ‘Tell me what you need English for and I will tell you the English that you need’ became the guiding principle of ESP.
c. Focus on the learner
Around the time the purposes of learning English become chance to education.
The growth of ESP, then, was brought about by a combination of three important factors:
1) The expansion of demand for English to suit particular needs;
2) Developments in the fields of linguistics;
3) Educational psychology.

2. The development of ESP
It should be pointed out first of all that ESP is not a monolithic universal phenomenon. ESP has developed at different speeds in different countries, and exemplas of all the approaches we shall describe can be found operating somewhere in the world at the present time.

a. The concept of special language: register analysis
In fact, as Ewer and Latorre’s syllabus shows, register analysis revealed that there was very little that was distinctive in the sentence grammar of Scientific English beyond a tendency to favour particular forms such as the present tense, the passive voice, and nominal compounds.
Register analysis as a research procedure was rapidly overtaken by development in the world of linguistics and sentence grammar.
b. Beyond the sentence: rhetorical or discourse analysis
The second phase of development shifted attention to the level above the sentence, as ESP became closely involved with the emerging field of discourse or rhetorical analysis. In this part the attention shifted to understanding how sentences were combined in discourse to produce meaning. The concern of research, therefore, was to identify the organizational patterns are signaled.
c. Target situation analysis
The ESP course design process should proceed by first identifying the target situation and than carrying out a rigorous analysis of the linguistic features of that situation. The identified features will form the syllabus of the ESP course.
d. Skills and strategies
In terms of materials this approach generally puts the emphasis on reading or listening strategies. The characteristic exercises get the learners to reflect on and analyse how meaning is produced in and retrieved from written or spoken discourse. Taking their cue from cognitive learning theories, the language learners are treated as thinking beings who can be asked to observe and verbalize the interpretive processes they employ in language use.
e. A learning-centered approach
The importance and the implications of the distinction that we have made between language use and language learning will hopefully become clear as we proceed through the following chapter.
3. ESP: approach not product
In this section we should know what is ESP, to answer the question rather by showing hat ESP isn’t.
1. ESP is not a matter of teaching ‘specialized varieties’ of English.
2. ESP is not just a matter of Science words and grammar for Scientist, Hotel words and grammar for Hotel staff and so on.
3. ESP is not different in kind from any other form language teaching, in that it is should be based in the first instance on principle of effective and efficient learning.
ESP must be seen as an approach not as a product, ESP is not a particular kind of language to methodology, nor does it consist of a particular type of teaching material. Understood properly, it is an approach to language learning, which is based on learner need.

Minggu, 07 Juni 2009

SEBUAH DRAMA CINTA CIPTAAN SANG MAHA PENCIPTA

Judul buku : Takbir Cinta Zahrana (Dalam Mihrab
Cinta)
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Jenis : Novel (karangan fiksi)
Penerbit : Republika
Cetakan : Cetakan ke-4, Juli 2007
Jmlh halaman : 84
Tebal : iv + 80



Novel yang berjudul Takbir Cinta Zahrana mengisahkan tentang perjalanan cinta seorang wanita yang bernama Zahrana. Zahrana adalah seorang gadis yang memiliki prestai yang cemerlang juga memiliki karir yang cukup bagus, dia adalah mahasiswa S1 lulusan UGM Yogyakarta dan karena semangatnya mencari ilmu ia pun melanjutkan S2-nya di ITB, kemudian ia pun lulus dengan nilai yang baik. Pada awalnya Zahrana memiliki rasa tinggi hati terhadap setiap laki-laki, ia memilih pasangan yang memiliki stasus sosial, ekonomi, pendidikan yang tinggi, hingga pada akhirnya ia pun sulit memiliki jodoh. Ia telah dipinang oleh dua pria, tetapi ia menolaknya dengan alasan bahwa status mereka lebih rendah dari ia.
Pada akhirnya Zahrana pun sulit menemukan pasangan hidupnya, hingga usianya menginjak kepala tiga, sejak saat itu ia pun berpkir tentang prinsipnya terhadap laki-laki dan ia menyesali dengan keputusannya untuk menangguhkan menikah demi melanjutkan studi dan mengejar karir yang diinginkannya. Kini umurnya tidak muda lagi, yang ada dibenaknya adalah kapan dia bisa menjalin rumah tangga dan memiliki anak layaknya orang lain. Semua teman seangkatannya telah menikah dan bahkan telah memiliki anak, tinggal ia sendiri yang belum.
Hari demi hari terus ia lewati, yang selalu harapkan adalah seorang jodoh yang disediakan Allah untuknya, penantiannya ia jalani dengan menjadi salah satu dosen tetap di sebuah universitas terkemuka di kota Semarang. Hari pun ia lalui dengan penuh kesabaran, pada suatu saat ada seseorang yang ingin melamar dirinya zahrana tidak menyangka akan dilamar oleh orang tersebut bahkan Zahrana tidak mengharapkan orang tersebut. Orang tersebut adalah atasan Zahrana, ia merupakan orang nomer satu di Fakultas tempat Zahrana mengajar. Namanya H. Sukarman, M.Sc., beliau adalah duda berumur lima puluh lima tahun, bukanlah umur yang menjadi pertimbangan Zahrana tetapi soal kredibilitas moralnya. Zahrana telah berbicara dengan kedua sahabat karibnya Lina dan Wati dan mereka memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini.
Tibalah saat dimana ia akan dilamar oleh Pak Karman, sesaat sebelumnya bu Merlin yang merupakan Pembantu Dekan I meneleponnya, bu Merlin memberitahukan bahwa rombongan pak Karman akan segera tiba beberapa saat lagi, Zahrana semakin bimbang akan dirinya. Tibalah rombongan Pak Karman di rumah Zahrana dan kemudian terjadi perbincangan diantara mereka, pada akhirnya Zahrana pun dengan berat hati menangguhkan jawabannya selama tiga hari. Hari ketiga telah tiba Zahrana pun menulis sebuah surat yang berisikan penolakan terhadap lamaran pak Karman.
Pak Karman pun naik darah setelah membaca surat penolakan dari Zahrana, dengan segera ia mencaci maki Zahrana melalui pesan singkat. Zahrana pun hanya bias bersabar dan mencucurkan air matanya, beberapa hari kemudian bu Merlin datang ke rumah Zahrana, dengan raut muka serius dan penuh kekecewaan mereka pun berbicara panjang lebar mengenai hal kemarindan diakhir pembiacaraan bu Merlin menyarankan kepada Zahrana untuk mundur dari Fakultas, karena bu Merlin takut Pak Karman berbuat sesuatu yang tidak diinginkan. Zahrana pun terkejut mendengar perkataan bu Merlin tetapa Zahrana mengerti bahwa bu Merlin hendak melindunginya.
Zahrana pun mempertimbangkan perkataan bu Merlin, dengan rasa berat hati Zahrana pun memutuskan untuk keluar dari Fakultas tersebut, Zahrana meletakan sepucuk surat pengunduran dirinya di meja Pak Karman dan bergegas pergi setelah mengepak barang-barangnya karena ia tidak mau bertemu dengan Pak Karman. Sesaat setelah Zahrana pergi Pak Karman pun datang, dengan segera Pak Karman pun membaca sepucuk surat yang ada di ruangannya tersebut amarahnya pun memuncak setelah membaca isi surat tersebut karena ia gagal mempermalukan Zahrana. Pesan singkat dengan nada cacian pun kembali diterima oleh Zahrana yang tentunya pesan tersebut berasal dari dari Pak Karman.
Setelah beberapa saat Zahrana pun segera mendapatkan pekerjaan barunya yaitu sebagai tenaga pengajar di STM Al Fatah Mranggen, Demak, Zahrana pun menikmati hari-harinya, mungkin karena Zahrana lebih dekat dengan orangorang yang memiliki ilmu agama yang tinggi. Disuatu malam ketika Zahrana sedang mencoba mengakses internet di kamarnya ia mendapatkan pesan singkat yang bernada ancaman, hatinya pun kembali menangis, tetapa ia mencoba untuk tidak menghiraukan. Ketika Zahrana membuka e-mailnya ia mendapat satu e-mail yang subjeknya: SEBUAH TAWARAN, JIKA BERKENAN, pesan tersebut dikirim oleh Pak Didik, teman sesama dosen di Fakultas yang dulu Zahrana mengajar, pesan tersebut berisi tawaran untuk menjadi istri kedua Pak Didik, Zahrana pun termenung dalam hati ia berkata apakah ia siap untuk menjadi istri kedua dan belum tentu istri pertama Pak Didik setuju akan hal ini jadi apa yang harus ia lakukan. Kemudian Zahrana pun memutuskan untuk tidak menanggapi pesan tersebut.
Sudah enam bulan Zahrana mengajar di STM dan telah dua pelamar yang ia tolak, yang pertama adalah satpam sebuah perusahaan BUMN, kini Zahrana tidak mementingkan status tetapa yang menjadi persoaalan satpam tersebut sama sekali tidak bias membaca Al Qura’an bahkan sholat pun banyak yang terlewat. Yang kedua adalah seorang duda beranak tiga yang berprofesi sebagai pemilik bengkel kendaraan bermotor dan yang menyebabkan Zahrana menolaknya ialah karena telah beberapa kali orang tersebut nikah cerai dengan beberapa istri sebelumnya sehingga Zahrana pun tidak mau hal tersebut terjadi kepadanya.
Di suatu hari Zahrana pun memberanikan diri untuk meminta masukan dari Pak Kyai dan Bu Nyai yang ada di pesantren tempat Zahrana mengajar mengenai masalahnya yang sedang ia hadapi. Kebetulan pada saat itu Pak Kyai sedang ada keperluan ke luar kota dan pada akhirnya Zahrana pun berbicara dengan Bu Nyai mengenai masalahnya dan diakhir pembicaraan Bu Nyai pun mempersilahkan Zahrana untuk menunggu keputusan hasil rempugan Bu Nyai dengan Pak Kyai.
Hari selanjutnya Zahrana seperti biasa mengajar di STM ditengah pengajarannya Zahrana mendapat panggilan dari kepala sekolah tempat ia mengajar, dan diberitahukan kepada Zahrana bahwa bu Nyai menunggu Zahrana untuk bertemu dengannya. Zahran pun segera paham apa yang akan dibicarakan oleh bu Nyai kepadanya, ia segera bergegas ketempat bu Nyai untuk berdiskusi mengenai masalahnya. Dari petemuannya dengan bu Nyai akhirnya Zahrana pun dijodohkan dengan seorang santri tamatan pesantren tersebut, namanya Rahmad, ia adalah duda yang tidak mempunyai anak dan istrinya telah meninggal.
Ia bekerja sebagai penjual kerupuk keliling tetapa ia berakhlak baik dan rajin ibadahnya. Zahrana pun mempertimbangankan saran dari Bu Nyai dan memusyawarahkan dengan kedua orang tuanya dan membicarakan dengan teman dekatnya. Matap sudah hatinya, dengan segera ia menelepon Bu Nyai dan memberitahukan kesiapannya menjalani perjodohan tersebut. Bu Nyai pun menanyakan alamat lengkap Zahrana agar Rahmad bias berjualan ke komplek itu dan menyuruh Zahrana menunggu tukan kerupuk lewat ke rumahnya.
Hari berikutnya Zahrana pun menunggu takdirnya di depan rumahnya ia menunggu tukang kerupuk yang diutus oleh Pak Kyai. Lama Zahrana menunggu dan membuat ia gelisah, pada pukul sebelas seorang penjual kerupuk datang, dengan segera Zahrana memanggilnya, pertama melihatnya Zahrana terperenjak penjual kerupuk itu sudah tua dan berumur sekitar lima puluh tahunan, kulitnya hitam legam, hamper saja Zahrana menangis dalam hati ia berkata apakah benar itu jodohnya. Kemudian Zahrana menelepon Lina dan menceritakan semuanya, tetapa Lina balik bertanya kepada Zahrana apakah ia telah bertanya namanya. Dengan segera Zahrana teringat bahwa ia belum benar-benar yakin bahwa itu memang orangnya, kemudian Zahrana disarankan untuk menunggunya beberapa saat lagi. Waktu semakin berlalu adzan magrib pun akan segera berkumandang, Zahrana sangatlah bersedih dan air matanya pun bercucuran.
Baru saja ia mau masuk kedalam rumah terdengar suara tukang kerupuk yang lewat di depan rumah Zahrana dengan segera ia terperanjat dan memanggil tukang kerupuk itu, kemudian Zahrana bertem denga seorang sosok pemuda yang tampan dan gagah, Zahrana pun bertanya beberapa pertanyaan kepadanya dan memeng benar itulah orangnya. Setelah melakukan kroscek kepada Bu Nyai ternyata benar memang itu orangnya, kemudian dibahaslah tentang mempertemukan kedua orang tua. Kedua orang tua pun setuju untuk secepat mungkin melaksanakan pernikahan.
Hari pernikahan Zahrana semakin dekat bahkan Zahrana telah memilih gaun pengantinnya, Zahrana sangatlah gembira tetapa disela kegembiraannya ada sebuah pesan singkat yang kembali menerornya dan membuat ketenangan Zahrana terusik.
Hari kebahagiaan Zahrana adalah esok hari, seluruh persiapan telah hampir mendekati kesempurnaan, dan Zahrana pun segera beristirahat untuk menghadapi hari yang telah lama ia nanti-nanti. Namun dimalam yang kelam Zahrana dibangunkan dengan isak tangis keluarga Zahrana, ia bingung karena tak tahu apa-apa. Kemudian paman Rahmad memberitahukan kepada Zahrana bahwa Rahmad meninggal tertabrak kereta api, Zahrana kemudian menangis dan kehilangan kesadarannya untuk beberapa saat. Keesokan harinya bukan acara yang menyisakan canda dan tawa tetapa isak tangis dan kesedihan yang mendalam. Zahrana belum mampu merima semua ini, ia pingsan beberapa kali sampai-sampai Zahrana dibawa kerumah sakit. Zahrana telah kehilangan seluruh harapannya, tetapa Lina tetap memberikan semangat kepadanya.
Di rumah sakit Zahrana bertemu dengan ibunya Hasan dan pembicaraan dengan ibunya Hasan sedikit mengurangi kesedihan Zahrana. Kesedihan Zahrana belum berakhir beberapa waktu kemudian ayah Zahrana mendapat serangan jantung dan nyawanya pun tak dapat tertolong.
Bulan Ramadan telah tiba, Zahrana mengisi kegiatan sehari-harinya dengan mencoba lebih mendekatkan diri kepada Allah, seperti hari0harinya yang telah lalu ia memulai aktifitas mengajarnya seperti biasa, disatu kesempatan ia membaca Koran dan tertarik kepada berita tentang seorang dosen sekaligus Dekan Fakultas teknik terkemuka di kota Semarang yang dibunuh karena berbuat cabul kepada mahasiswinya, dalam hatai Zahrana bertakbir dengan adanya berita tersebut.
Di suatu sore Zahrana sedang pergi ke warung untuk membeli makanan untuk buka puasa, sepulangnya dari warung Zahrana terkagetkan dengan kedatangan Bu Zulaikha, ibunya Hasan, kemudian mereka berbincang-bincang didalam rumah bu Zul pun angkat bicara meminta pendapat Zahrana tentang Hasan yang mau menikah padahal Hasan mau melanjutkan studi ke Malaysia. Zahrana pun meyakinkan kepada bu Zul bahwa hal tersebut tidak akan menjadi sebuah persoaalan yang besar. Selain dari hal tersebut ternyata bu Zul pun mengutarakan bahwa Zahranalah yang dipilih untuk menjadi istri Hasan, Zahrana terkejut setengah mati mengenai hal tersebut, tetapa pada akhirnya Zahrana menyetujui akan hal tersebut dan memberikan syarat pernikahannya harus dilaksanakan pada malam itu juga bada shalat tarawih, giliran Bu Zul Yang terkejut tetapa pada akhirnya Bu Zul pun menerimanya dan akan mengabari Zahrana setelah magrib.
Telepon pun bordering kemudian Hasan yang langsung berbicara dan menyanggupi persyaratan tersebut. Pada malam yang penuh berkah itulah Zahrana mengalami sesuatu hal yang telah ia nanti-nantikan sejak lama, akad nikah telah berlangsung dan kedua pasangan itu merasakan kebahagiaan tiada tara. Kebahagiaan Zahrana malam itu seolah menghapuskan seluruh deruta yang telah ia rasakan semasa hidupnya.

Dipandang dari sisi religi novel ini memberikan sebuah pelajaran penting tentang kesabaran, pengorbanan, dan balasan dari hal tersebut. Novel ini memberikan sebuah pemahaman bahwa segala sesuatu yang telah kita lalui baik itu perih atupun senang pasti akan menghasilkan sebuah keadaan yang belum kita ketahui dimasa yang akan datang. Sehingga saya berpendapat bagi orang yang mudah berputus asa untuk membaca novel ini karena novel ini dapat memberikan penerangan tentang takdir Allah yang sangat indah yang akan kita lalui.
Novel karangan Habiburrahman El Shirazy banyak mengisahkan tentang perjalanna cinta seseorang, seperti novel Mahkota Cinta, Dalam Mihrab Cinta, dan Ayat-Ayat Cinta, tetapi memiliki ciri khas tersendiri yaitu memberikan sebuah pelajaran penting bagi pembaca dengan mengangkat masalah-masalah cinta yang memang tidak pernah surut didalam kaca mata masyarakat kebanyakan